Kalo inget masa lalu kita, semuanya indah. Selalu ada waktu untuk kita bercanda, berbagi tawa, berbagi tangis, berbagi duka dan berbagi segalanya. Tapi itu hanyalah masa lalu, masa – masa yang tak mungkin kembali lagi. Masa lalu yang hanya mampu menguras air mataku, yang tak akan mungkin dapat mengembalikan mu pada ku. Bukan! Aku bukanlah sang pemimpi yang selalu hanyut dalam mimpi bersamamu, dan juga bukan sang penahluk yang mampu menahlukan hati mu agar kembali padaku. Dulu… setiap kata yang terucap seakan – akan memiliki makna yang sangat dalam yang mampu menyentuh lubuk hatiku yang paling dalam.
Dulu… selalu ada kata ‘i love u’ juga kata ‘i miss u’ dan ‘i need u’ itu kalimat yang selalu kamu kirim dan selalu aku baca di ponselku tiap malam. Menurutku, itu adalah kalimat yang bisa made one smile, bisa bikin satu senyuman. Tapi… itu tinggal kenangan, karena kini tiada lagi kalimat – kalimat manis yang ku baca maupun ku dengar dari mu.
***
Della Amelia, duduk di bangku SMP kelas 3, umur 16 tahun. Itu sedikit tentang aku. Sesi perkenalan ditutup! Kembali ke cerita…
***
Dulu, waktu kita bersama terasa dunia begitu indah. Tapi sekarang, hari – hari yang ku lewati terasa sepi banget, sampai sekarang aku masih inget senyum mu yang dulu begitu tulus untuk ku. Hal itu yang masih ku ingat dan ku simpan baik – baik di dalam ingatanku, karena aku tak ingin melupakan sosok orang terindah dalam hidupku dulu, bahkan hingga detik ini. Kalo inget – inget kamu, aku selalu bertanya – tanya, kenapa semua harus berakhir seperti ini??? Gak! Bukannya aku menyesal, hidup adalah pilihan… dan yang telah ku pilih gak mungkin ku sesali.
“mengingkari fakta kalo kamu sayang dia?!!” Rini, sohib terbaikku mengawali sesi curhat dengan nada yang tinggi. Untung kami memesan minuman dingin di kantin saat ini, paling tidak dapat sedikit mendinginkan suasanalah.
“aku emang udah gak suka! Gak butuh and gak perlu cowok kayak dia yang gak mutu…” jawabku ketus.
“duh Del. Dari bahasa isyarat yang kamu tunjukin setiap kali liat dia itu udah jelas banget kamu masih sayang kan sama dia? So! munafik?” Rini tau,.. memang terlihat sangat jelas itu semua.
“iihhh! Bukan munafik tau! Emang kalo masih sayang sih iya, tapi kan aku juga perlu berpura – pura udah lupa sama dia Rin. Toh aku juga udah gak butuh dia kan?!” jawabku. Rini hanya menghela nafas panjang.
Ya… debat kali ini masih dengan tema yang sama yaitu: Diko Gilang Erlangga, cowok sekelas gitulah. Pacar? Bukan! Cuma mantan… hehehe. Menyesal sih enggak. Cuma sempet terfikir, pacaran adalah hal terkonyol yang aku lakukan saat ini, hal itu sangat menguras tenaga, pikiran dan perasaan. Ya pastinya setiap orang punya pendapat yang berbeda – beda tentang pacaran, tapi pendapatku sih seperti itu, entahlah pendapat Diko dan kalian.
Layaknya permainan, Diko menganggap aku hanyalah PC game yang dapat dengan mudah dimainkan. Tapi itu bukan masalah, serapat apapun hati seseorang suatu saat pasti akan ada seseorang yang mampu mengetuk dan membukanya. #dan banyak pendapat berkata: Karma itu Nyata!!!
***
5 bulan yang lalu, ‘ELO! GUE! END!!!’… *putus*. Hal yang wajarlah bagi kaum muda, tapi beneran deh, itu dalem banget. Maknanya sangat amat dalam, dan pintarnya kata – kata itu terucap pada tanggal kemerdekaan, hehehe. Hanya tanggalnya aja sih, and tepatnya malam minggu. Itu kenangan yang sangat mengesankan setelah 10 bulan bersama, satu – satunya moment terindah adalah itu. Moment kali ini gak bikin bahagia ataupun gundah gulana, melainkan bikin galau. Entah kenapa, aku juga kurang tahu. Yang jelas mulai detik itu aku udah gak punya hak atas Diko lagi.
Kini waktu telah berlalu, seiring dengan berputarnya waktu dan roda kehidupan. Bersamaan dengan itulah aku berusaha menghapus jejak Diko dalam hatiku, meskipun sulit dan penuh dengan tantangan, tapi aku yakin bisa melakukannya. Walau kadang terpintas dan masih terbayang – bayang akan kebersamaanku ‘Koko and Lala’ dulu. Heheh, #itu panggilan sayang. Ahaha! *konyol*
Hari ini, sabtu malam minggu tentunya. Dan kenangan itu selalu datang, kenangan terpahit. Diko! Diko! Aku tau ini cinta monyet, tapi suliiiitt banget buat dilupain,..
“Dik! Kamu lagi apa ya sekarang? lagi dimana? Terlintas aku gak ya di pikiran mu?” beberapa kalimat itu singgah di dalam pikiranku. Malam ini terlalu indah untukku bersedih, bintang terlalu bercahaya untuk ku tangisi dan langit begitu cerah untuk turun hujan. Meski begitu aku udah gak sanggup nangis buat Diko.
“I love you. Aku kangen ngitung bintang bareng sama kamu.” Entah mengapa tiba – tiba aku berceloteh sendiri.
“I miss you. Kangen ngerjain tugas bareng di kelas. kangen waktu double date sama temen – temen” serpihan senyum mulai mendatangiku.
“I need you. Kangen panggil kamu ‘Koko’ dan kangen dipanggil ‘Lala’ sama kamu.” eemmbb, nostalgia yang indah.
“tapi, sayangnya… terlalu banyak kekurangan mu Dik. Terlalu sering menyakiti, dan terlalu dingin sama aku. Ahh!!! Gak jadi suka lagi deh.” Boneka pemberiannya yang saat ini sedang berbincang – bincang denganku.
Haripun mulai larut, aku harus segera tidur. Singkat cerita, sekarang aku harus masuk sekolah. Rasanya hambar, aneh banget. Sekarang terasa sepi di sekolah, semuanya berubah, semenjak Diko meninggal. Ehh! Maksudku… meninggalkan hatiku. Hehehe. Entah mengapa jantungku berdegup kencang setiap kali melihatnya, sama persis seperti dulu ketika aku dan Diko masih bersama – sama. Tapi perasaan ini harus au pendam. Iya! Harus… gak mungkinkan aku menghancurkan perasaan cewek barunya??? Hehehe. Ya, setidaknya aku masih punya sedikit perasaan untuk menghargai orang lain.
***
Terlepas dari DIKO. Sekarang aku akan mencoba menjadi seseorang yang lebih baru. Sedang mencoba menjadi seseorang yang lebih baik, brusaha dan berdo’a selalu menjadi andalanku tentunya.
Kenapa harus terus bersedih aku kehilangan satu orang yang dulu menyayangiku dan aku pun menyayanginya??? Jika sekarang aku mendapat berpuluh – puluh orang yang menyayangiku tulus apa adanya, yaitu sahabat – sahabatku.
Untuk apa aku selalu memikirkan masa lampau yang menyiksa batinku?? Jika sekarang aku menerima kenyataan bahwa orang yang dengan sepenuh hati mencintaiku selalu memberikan dukungan padaku, yaitu saudara – saudaraku.
Dan untuk apa aku menghiraukan orang yang telah menyakitiku? Karena menurutku, aku hanya cukup mengasihi mereka, dan semoga dosaku diampuni oleh Yang Maha Kuasa jika aku pernah menyakiti seseorang dan semoga orang yang pernah menyakitiku dengan amat sangat dalam juga dibukakan pintu maaf yang selebar – lebarnya. Amin…
Biarlah Diko memilih kebahagiaan yang ia rasa layak untuknya. Dan diriku sendiri? Tidak! Aku bukanlah orang yang sedang terpuruk, karena sesungguhnya orang yang terpuruk adalah orang yang tak memiliki sedikitpun motivasi. Jadi biarlah Diko bahagia dengan pilihannya, kini aku hanya bisa berdo’a yang terbaik untuknya. Untuk orang yang pernah kusayangi setulus hati, dan menyayangiku. Ketulusanku bukanlah omong kosong, bukanlah janji yang ku biarkan tergantung layaknya pakaian yang belum kering yang sedang digantung di jemuran, melainkan ketulusan yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam.
Entah kapan Diko akan mengerti, tapi yang jelas… I LOVE YOU, forever! I will forget the damn of you Diko. Don’t worry, i will always love the way you lie. Its make me MISS YOU, Cauze it’s amazing for me. Kau telah memberi banyak rasa yang berbeda yang dapat kurasakan, you give what I NEED. Terimakasih atas semuanya Diko. Dan berkat dirimulah kini aku sadar, tak seharusnya aku mempercayai cowok manapun. Single itu pilihan, bukan cobaan.
=SAYANG=
Adalah suatu perasaan yang ketika aku disakiti,..
Aku masih memberikan senyuman termanis padanya.
Suatu perasaan apabila dia bersalah…
Aku bisa memaafkan dia dengan sepenuh hati.
Perasaan ketika dia berpaling pada orang lain…
Aku dapat merelakan kebahagiaannya.
Suatu perasaan jika dia meninggalkanku…
Aku masih bisa berada disini untuknya,jika suatu saat dia butuh.
Sayang: adalah suatu perasaan… … …
Yang tak dapat dipaksakan! Baik yang memberi maupun menerimanya.